Malah, kendaraan hatchback berlambang "S" ini belum sama sekali dijamahnya. Ketika ditinggal pergi menuntut ilmu, modifikasinya berantakan. "Makanya, saya percayakan perapiannya sama bengkel Jona Autodesign (JA) dan konsepnya elegan," ungkap Adoy, panggilan akrab Adiguna.
Tampilan eksterior dari mobil berkelir candy red ini bergaya European. Bentuk meruncing pada sudut-sudut diminimalkan dan lekukan dikurangi. "Ini gaya baru hatchback yang pengin kelihatan simpel," ucap Didit dari JA yang mengaku bahwa modifikasinya terinspirasi salah satu bemper sedan premium asal Benua Biru.
Uniknya, meski sudah pakai velg 19 inci, bodi mobil tidak tampak melar (wide body). Padahal, wide body 3 cm. Namun karena dibuat mengikuti lekukan dan mempertahankan nut asli, bagian ini tampak masih seperti standar.
Masuk interior, konsep pelapisan semua bagian—yang tidak terkena panel wood—dengan bahan suede Amara bisa diklasifikasikan sebagai karya inspiratif. "Semua yang enggak ketutup panel wood gue lapisi, termasuk dasbor, pilar, dan boks audio," ungkap Ivan, teman Adoy yang sekaligus punggawa Violet Leather Seat.
Kesulitan pemasangan hanya pada bagian sudut-sudut tegas boks audio dan di sela-sela dasbor. Kalau pemasangannya tidak benar, bagian itu akan mudah sobek.
Pemakaian velg 19 jelas menguras tenaga mesin. Agar tenaga tambah galak, Adoy mengadopsi turbo, meski belum sempat pasang piggyback sebagai pengatur airflow sensor. Karena itu, sistem kerjanya jadi tidak sinkron. "Setiap blow off membuka beberapa detik, mesin langsung mati," ujar Ary.
Untuk itu, dibutuhkan anti-stall module yang berfungsi mengacak sinyal sensor udara. Prinsip kerjanya, lanjut Ary, sama seperti piggyback, hanya lebih disederhanakan. (Rudy)
0 komentar:
Post a Comment